Jumat, 05 Juni 2015

Pandangan Agama HINDU Terhadap HIV/AIDS

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Virus AIDS ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain juga bisa ditemukan (seperti misalnya cairan ASI) tetapi jumlahnya sangat sedikit. Sejumlah 75-85% penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik), 3-5% melalui
transfusi darah yang tercemar.
Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (14-49 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat.
Infeksi pada bayi dan anak, 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. Sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV, melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, selama proses persalinan dan melalui pemberian ASI. Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, risiko penularan dapat dikurangi menjadi hanya 8%.
            Pada awalnya dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay). Karena diantara kelompok homoseksual juga ada yang biseksual, maka infeksi melebar ke kelompok heteroseksual yang sering berganti-ganti pasangan. Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pelacur dan pelanggannya. Pada tahap ketiga, berkembang penularan pada istri dari pelanggan pelacur. Pada tahap keempat, mulai meningkat penularan pada bayi dan anak dari ibu yang mengidap HIV.
  1. Rumusan Masalah
    Bertolak dari latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
    1.Bagaimanakah perkembangan  HIV/AIDS di dunia?
    2.Siapakah yang rawan terhadap virus AIDS?
    3.Bagaimana pencegahan AIDS?
    4. Bagaimana pandangan alkitab tentang HIV/ AIDS ?
  2. Tujuan
    Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
    1.Untuk mengetahui perkembangan HIV/ AIDS.
    2.Untuk mengetahui siapa saja yang rentan terkena HIV/ AIDS.
    3.Untuk mengetahui pencegahan HIV/ AIDS secara medis.
4. Untuk mengetahui bagaimana pandangan agama Hindu  tentang HIV/AIDS.
5. Pencegahan HIV/AIDS dalam Pandangan Hindu.

.
  1. Manfaat Penulisan
    Dengan mengetahui bagaimana perkembangan, dampak HIV/ AIDS, maka kita akan memahami betapa ganasnya virus HIV/ AIDS tersebut.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian & Penyebab Terjangkitnya AIDS
AIDS adalah sekumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang berarti virus pemusnah kekebalan  tubuh. AIDS juga diartikan gabungan bermacam-macam penyakit, gejala dan tanda-tanda yang timbul karena adanya penurunan kekebalan tubuh. Seperti diketahui bahwa system kekebalan tubuh adalah untuk mempertahankan tubuh dari infeksi dan penyakit. HIV yang masuk ke dalam tubuh akan menghancurkan sel-sel darah putih yang mempunyai peran utama dalam system kekebalan tubuh manusia. Dengan makin banyaknya sel darah putih yang dimatikan oleh HIV, akhirnya pertahanan tubuh manusia kian melemah sehingga  tidak sanggup lagi memerangi masuknya kuman, bakteri serta virus lainnya. Akibat selanjutnya dapat diduga bahwa penderita AIDS tersebut akan meninggal karena penyakitnya yang parah. Pada fase lanjut, HIV juga dapat menyerang sel otak dan susunan saraf tubuh secara langsung, sehingga menimbulkan gangguan mental dan koordinasi tubuh.
Seperti telah diuraikan sebelumnya virus HIV adalah salah satu penyebab terjangkitnya penyakit AIDS ke tubuh manusia. virus HIV yang telah masuk ke tubuh manusia akan menempati darah, air mani  dan cairan vagina. Apabila salah satu dari ketiga cairan tubuh dari orang terinfeksi HIV berhasil memasuki aliran darah orang lain yang masih sehat maka ada kemungkinan orang yang sehat ini akan terkena virus HIV dari orang yang sudah terinfeksi secara positif. Virus HIV mampu menembus tubuh manusia, kalau pada tubuh seseorang terdapat luka-luka atau goresan pada kulit tersebut. Lain halnya dengan vagina, penis, dubur dan mulut yang mempunyai selaput lendir (mukosa), yaitu lapisan tipis yang menutupi pembuluh-pembuluh darah di bawahnya. Lapisan itu mempermudah meresapnya virus HIV. Kalau pada daerah vagina, penis, dubur dan mulut terdapat luka atau goresan,maka mudah bagi virus HIV masuk ke dalam darah manusia. 

B.     Cara penularan AIDS
Sebenarnya virus HIV tidak mudah menular ke tubuh orang lain seperti halnya virus influenza. Adapun cara penularan AIDS adalah :

  1. Melalui hubungan seksual
Yang dimaksud hubungan seksual di sini adalah hubungan yang dilakukan secara vagina, anal dan oral. Hubungan oral adalah hubungan seksual yang menggunakan mulut sebagai pengganti vagina mempunyai resiko lebih kecil dibandingkan hubungan vagina atau anal. Perlu diperhatikan bahwa selama hubungan kelamin berlangsung, air mani, cairan bagina dan kadang-kadang darah mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur atau mulut akibatnya HIV yang terdapat dalam cairan-cairan tersebut dapat meresap ke dalam aliran darah. Tambahan pula kalau daerah vagina, penis, dubur atau mulut terdapat luka atau goresan, maka HIV mudah masuk ke dalam aliran darah.

  1. Transfusi darah
HIV dapat menular bila seseorang menerima transfusi darah dari seorang donor darah yang terkena infeksi HIV. Karena alasan ini, banyak Negara melakukan pemeriksaan secara teliti terhadap persediaan darah sebelum ditransfusi ke tubuh orang lain. Apabila pemeriksaan darah tidak dapat dilakukan, maka sebaiknya :
* Mengurangi atau menghindari dilakukannya transfusi darah yang kurang perlu.
* Memilih donor darah yang tidak terinfeksi HIV atau sekurang-kurangnya  mempunyai resiko rendah untuk terinfeksi HIV.

  1. Melalui alat suntik atau alat tusuk lainnya
Infeksi dapat terjadi bila seseorang diketahui atau tanpa diketahui sudah disuntik dengan jarum yang sudah dipakai untuk menyuntik orang lain yang terinfeksi HIV. Disamping itu juga alat-alat yang tajam seperti pisau bedah, atau jarum untuk membuat sayatan di kulit, menyunat seseorang, membuat tato juga dapat menularkan virus HIV.

  1. Dari ibu hamil yang mengidap virus HIV kepada janinnya
Bila sang ibu telah mengindap birus HIV, maka janin yang ada di dalam rahimnya dapat terinfeksi pada saat proses kelahiran berlangsung. Jika ibu baru terinfeksi HIV, tetapi belum menampakkan gejala-gejala AIDS, maka kemungkinan bayi yang dikandungnya terinfeksi 20% - 35%. Sebaliknya bila sang ibu benar-benar sudah menunjukkan gejala-gejala AIDS yang jelas, maka kemungkinan bayinya terinfeksi HIV menjadi 50%. Yang perlu diperhatikan adalah bila bayi tersebut dilahirkan sebagai pengindap HIV, maka usianya hanya sekitar 1-5 tahun saja.

C.    Cara mencegah HIV AIDS adalah dengan ;
1.      Hindari Kontak dengan Darah yang terinfeksi HIV Cara yang paling umum untuk menularkan HIV adalah melalui kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi HIV. Transfusi, atau kontak dengan luka, dapat menyebabkan virus menyebar dari satu orang ke orang lain. Transmisi dengan darah dapat dengan mudah dihindari melalui tes darah dan menghindari kontak dengan luka jika seseorang positif terinfeksi HIV, jika Anda harus berurusan dengan luka dari pengidap HIV/ AIDS, pastikan untuk memakai pakaian pelindung seperti sarung tangan karet.
2.      Hati-hati dengan Jarum suntik dan peralatan Bedah Obat infus, jarum suntik dan peralatan tato dapat menjadi sumber infeksi HIV. Berikut adalah beberapa hal yang harus Anda perhatikan ketika menggunakan jarum dan peralatan bedah:
  1. Jangan menggunakan kembali Alat suntik sekali pakai.
  2. Bersihkan dan cuci peralatan bedah sebelum menggunakannya
  3. Jika Anda ingin tato, pastikan itu dilakukan oleh sebuah toko tato bersih dan sanitasi.
  4. Hindari penggunaan obat-obat terlarang dan zat yang dikendalikan intravena.
3.      Gunakan Kondom Cara lain untuk penularan HIV adalah melalui kontak seksual tidak terlindungi. kondom adalah baris pertama pertahanan Anda untuk menghindari terinfeksi HIV. Hal ini sangat penting untuk menggunakan kondom saat berhubungan seks, tidak hanya akan mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV, tetapi juga dapat melindungi diri dari infeksi menular seksual lainnya. kondom Lateks adalah yang terbaik, tetapi Anda juga dapat menggunakan kondom polyurethane. Jangan menggunakannya kembali dan pastikan bahwa tidak ada yang rusak di hambatan saat menggunakannya.
4.      Hindari Seks Bebas HIV dan AIDS yang lebih lazim untuk orang dengan banyak pasangan seksual. Jika Anda hanya memiliki satu pasangan seksual, Anda secara dramatis dapat meminimalkan kemungkinan tertular HIV atau mendapatkan AIDS. Namun itu tidak berarti bahwa Anda dapat berhenti menggunakan kondom, Anda masih harus melakukan seks dilindungi bahkan jika Anda setia pada pasangan seksual Anda.

Kapan dan Dimana HIV tidak menular ?
Sesuai hasil penelitian para medis diketahui bahwa virus HIV tidak akan menular melalui :
  1. Peralatan makan , pakaian, toilet dan lain-lain yang dipakai bersama dengan pengidap HIV;
  2. Berpelukan, berjabat tangan, berciuman dengan orang yang terinfeksi HIV Hidup serumah dengan orang yang terinfeksi HIV;
  3. Serangga seperti nyamuk, kupu-kupu, tawon,  dan lain-lain.

D.    Pandangan Hindu Terhadap AIDS
Sudah menjadi kodrat bagi kehidupan di bumi bahwa suka (kesenangan,kebahagiaan), dukha (penderitaan),lara (sakit) dan pati (kematian), tidak dapat dihindari oleh manusia, kenyataan hidup membutuhkan, beberapa orang mengenyam kebahagiaan dalam hidupnya,namun di pihak lain tidak sedikit orang mengalami penderitaan. Termasuk banyak orang menderita karena penyakit AIDS.
Di dalam ajaran Hindu dijelaskan bahwa sesungguhnya hampir tidak ada peristiwa/hal yang terjadi di jagad raya ini, lepas/terbebas dari hukum “Karma Phala” (sebab akibat). Setiap peristiwa yang terjadi (akibat) jelas dikarenakan/diakibatkan oleh satu “penyebab”, sebaliknya “sebab” (dikehendaki atau tidak) niscaya akan ada akibatnya. Semua ini tak dapat dihindari, sebab demikianlah dititahkan oleh Sang Pencipta (Tuhan), sebagaimana dapat dikaji dari nilai-nilai tersurat dalam Sloka Sarasamuccaya ,Sloka 7,berikut ini :

Karmabhumiriya bhahman, Phalabhumirasau mata Iha yat kurute karma tat, paratropabhujyate 
Artinya  :
Sebab kelahiran sebagai manusia sekarang ini akibat baik atau buruknya karma itu juga yang akhirnya dinikmati karma phala itu.Maksudnya baik buruk perbuatan itu sekarang akhirnya terbukti hasilnya, selesai menikmati menjelmalah ia kembali, mengikuti sifat karma phala. Wasana berarti sengsara, sisa-sisa yang ada dari bau sesuatu yang tinggal bekas-bekasnya saja, itulah yang diikuti sebagai pribahasa, kelahiran dari surga (swarga cyuta), kelahiran dari neraka (neraka cyuta) baik buruk karma itu di surga, tanda ada pahalanya. Karena itu pergunakanlah sebaik-baiknya hidup ini untuk melakukan perbuatan baik
Bertolak dari kajian di atas maka dapat dinyatakan bahwa adanya berbagai penyakit, termasuk AIDS pun, tentunya menerima ciptaan Tuhan sebagai Maha Pencipta. Dalam kaitan pembahasan penyakit sebagaimana tersebut di atas perlu kita cermati  Sarasamuccaya, Sloka 30,berikut ini  :

Pura cari ramantako bhinakti, Rogasarathih Prasahya jiwitaksaye cubham, Mahat samaharet 
Artinya  :
Sebab yang disebut kematian, segala macam penyakit itu merupakan pengemudinya, yang menyebabkan hidup itu berkurang, jika sudah kurang usia hidup datanglah maut, karena itu jangan lupa supaya diusahakan berbuat baik yang akan mengantarkanmu ke asal mulamu.
Berdasarkan  “Sloka” atau ayat tersebut jelaslah bahwa penyakit dimaksud diadakan ke dunia oleh Sang Pencipta untuk maksud tertentu dan juga disebabkan oleh sebab-sebab tertentu. Sebab-sebab tersebut pada hakekatnya dikarenakan oleh unsur manusia sendiri terutama oleh kelalaian atau pelanggarannya atas hukum-hukum kehidupan yang telah ditentukan oleh Tuhan. Justru untuk memberikan peringatan atau bahkan ganjaran kepada prilaku-prilaku manusia yang melanggar norma-norma  hidup di jagad raya ini.
Kemungkinan –kemungkinan untuk adanya pelanggaran norma tersebut tadi dapat saja terjadi , mengingat manusia memang diberi kekuasaan dalam hal-hal tertentu oleh Tuhan untuk berpikir dan mengembangkan kehidupannya guna mencapai tujuan hidupnya.
Dalam keleluasaan itulah, sekaligus terdapat peluang adanya variasi/yang bahkan terkadang berkategori Asubha Karma atau yang dalam hidup keseharian disebut dengan penyimpangan hidup. Kemungkinan timbulnya penyimpangan itulah yang telah diantisipasi oleh Sang Pencipta dengan memberikan konsekwensi terhadap penyimpangan tadi berupa “penyakit”. Tentunya diharapkan dengan penyakit-penyakit tersebut dalam diri manusia akan timbul rasa takut untuk melanggar norma-norma hidup yang telah digariskan. Demikian pula bagi yang terlanjur membuat kekeliruan dengan ancaman (penyakit) tersebut, yang bersangkutan dapat menjadi jera atau kapok.
Walaupun sampai saat ini penyakit AIDS belum ditemukan obatnya, kita tidak boleh menyerah begitu saja, paling tidak kita harus berupaya untuk menghadapinya dan berusaha menyelamatkan tubuh kit aini, yang merupakan anugrah Tuhan yang paling berharga dalam rangka mencapai tujuan hidup kita. Berkenan dengan hal tersebut, Weda menyatakan ” Dharmartha kama moksanam sariram sadanam ”  yang artinya tubuh (mu) itu adalah sadana/sarana untuk meraih tujuan(mu) berupa dharma, artha, kama dan moksha.
Menyadari  peranan tubuh yang demikian penting,maka kita(yang belum sakit) perlu waspada agar tidak terjangkit. Demikian pula yang telah dinyatakan positif mengidap AIDS, agar bisa menerima dengan jiwa besar,serta mencari upaya penanggulangan lewat petunjuk weda dan vidya (pengetahuan). Bukankah kesehatan selalu tampak lebih berharga setelah kita kehilangannya demikian pesan para bijak.

E.     Pencegahan HIV/AIDS dalam Pandangan Hindu
Di dalam ajaran Hindu dijelaskan bahwa sesungguhnya semua yang ada; peristiwa/hal yang terjadi di dunia ini tidak terlepas dari hukum karmapala (sebab-akibat). Suatu peristiwa yang terjadi jelas disebabkan oleh suatu akibat, sebaliknya sebab (dikehendaki atau tidak) niscaya akan ada akibatnya. Semua ini tidak dapat dihindari
Berkaitan dengan tersebarnya berbagai penyakit termasuk AIDS tidak terlepas dari karma manusia itu sendiri di dunia. Di mana manusia kurang mampu mengendalikan kama/mengendalikan diri dari perilaku seks bebas. Di dalam ajaran Hindu mereka yang tidak mampu mengendalikan kama yang merupakan salah satu dari enam musuh yang ada dalam diri manusia maka ia akan tenggelam dalam naungannya. Kama artinya memenuhi nafsu seks. Apabila dilakukan dengan tidak mengindahkan etika maka sebagai karma dari perilaku ini akan tersebarlah penyakit tersebut.
Tujuan hidup ke dunia ini sesungguhnya untuk memperbaiki karma buruk menjadi karma baik (adharma menjadi dharma). Berbuat baiklah sebanyak-banyaknya agar perbuatan baik itu mampu melebur perbuatan buruk. Tentunya berbuat baik dilakukan sejak muda, karena masa muda mempunyai kesempatan lebih banyak untuk berbuat baik termasuk bagaimana melakukan hubungan seks agar terhindar dari penyakit ini. Kesalahan di masa lalu yang berperilaku memenuhi kama saja sehingga terkena penyakit mematikan tersebut merupakan pengemudi datangnya maut. Sehingga semua kesempatan berbuat baik berkurang bahkan hilang sama sekali karena semua kehidupan digunakan untuk menanggung akibat penyakit ini. Artinya karma baik akan berakibat baik, karma buruk akan berakibat buruk. Karena di mana dan apa yang diperbuat hasilnya selalu menyertai di dalam perbuatan itu; apakah hasilnya buruk atau baik sangat tergantung yang mana dilakukan oleh si pelaku itu sendiri.
Bagi seorang brahmacari ada dua hal yang mesti ditekankan yaitu swadharma dan pantangan/brata. Swadharma/kewajiban ketika belajar dan brata sebagai pengendalian perbuatan. Sesuai swadharmanya seorang brahmacari mempunyai tugas belajar untuk menguak tabir awidya (kegelapan) yang menyelimuti dirinya. Jadi semua aktivitas yang dilaksanakan oleh seorang brahmacarin, hendaknya diarahkan menjadi upaya mencerdaskan diri. Di dalam Yoga Sutra Pantanjali diuraikan bahwa bagi brahmacari pantangan melakukan hubungan seks. Tujuannya agar potensi seks dapat diubah menjadi Ojassakti naik ke Adnyacakra yang membuat pikiran menjadi cerdas serta tidak tergodanya brata di dalam memusatkan pikiran kepada Tuhan, demikian juga ketika sedang belajar.
















BAB III
KESIMPULAN
AIDS adalah sekumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang berarti virus pemusnah kekebalan  tubuh. Cara penulran HIV/AIDS Melalui hubungan seksual, Transfusi darah, Melalui alat suntik atau alat tusuk lainnya, Dari ibu hamil yang mengidap virus HIV kepada janinnya. Untuk mencegah penyakit HIV/AIDS yaitu dapat dicegah dengan cara hindari Kontak dengan Darah yang terinfeksi HIV,  Hati-hati dengan Jarum suntik dan peralatan Bedah Obat infus, Gunakan Kondom bila berhubungan sek dan hindari pergaulan sek bebas.
Sebagai kesimpulan, Hindu memandang bahwa HIV/AIDS ada didunia ini dimaksudkan sebagai rem/pengendali perilaku manusia terutama yang cenderung akan menyimpang dari  dharma (kebaikan/kebajikan/moralitas). Adharma  atau perbuatan yang tidak baik  yang bertentangan dengan agama hendaknya dihindari  sehingga tujuan hidup didunia yaitu Catur Purusa Artha dapat tercapai.
Dalam pandangan agama Hindu pencegahan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan menjaga masa remaja, ibarat ilalang yang masih muda ujungnya sedang tajam, hendaknya dipelihara dan diasah terus-menerus agar semakin tajam. Dengan tidak melakukan hubungan seks pada masa ini merupakan salah satu upaya terhindar dari penyakit AIDS ini.
SARAN
            Semoga pembelajaran tentang penyakit HIV/AIDS ini dapat bermanfaat bagi semua orang dan kita bisa menjaga kesehatan dengan baik tanpa terjerumus kedalam pergaulan sek bebas serta tetap taat pada agama dan rajin senbahyang dan berdoa agar selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Sesuai dengan pandangan agama hindu bahwa setiap perbuatan pasti ada karma phalanya, maka kita sebagai umat beragama kita harus berbuat baik pada semua ciptaannya


DAFTAR PUSTAKA
1.    Kajeng, I Nyoman dkk, 2003, Sarasamuscaya,  Paramita , Surabaya.
2.    Tim Penyusun,2003, Pencegahan dan Penangulangan AIDS Menurut Pandangan Hindu, Depag RI, Jakarta.
3.    Yatim, Danny Irawan, Dialog Seputar AIDS, Grasindo,Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar